Artikel

Membanting Tulang

Membanting Tulang Untuknya Malah Mencelakakan Dia

Orang tua yang pada masa mudanya mengalami kesusahan sangat berharap bisa memberikan suatu kebahagiaan untuk sang anak seperti halnya materi, merencanakan masa depannya, hanya agar anak bisa "lebih baik dari saya, hidup lebih tegar dari saya", tetapi yang terjadi adalah malah mendidik sekelompok anak yang usianya sudah tidak kecil, namun masih tergantung pada orangtua.

Seperti yang terjadi pada Aching dan istrinya, mereka mempunyai usaha jualan mie yang lumayan laris. Melihat putra mereka yang lulusan S1 dan setelah pulang dari wajib militer tidak menemukan pekerjaan yang bagus, maka menyarankan kepada anaknya agar berjualan makanan saja karena lebih menguntungkan, selain itu masih ditawarkan warung mie untuk jualan sarapan disana.

Tetapi sang anak berkata bahwa warung mie terlalu kuno dan beranggapan restoran sarapan untuk anak muda harus punya citarasa sendiri.

Demikianlah, mereka juga demi masa depan anaknya, menghabiskan banyak uang untuk menyewa restoran kecil didekat sana. Untuk dekorasi ruang saja sudah menghabiskan uang ratusan juta dan itu semua ditanggung mereka berdua.

Dan apa yang terjadi? Tidak sampai 3 bulan, sang anak sudah berteriak tidak sanggup untuk meneruskannya lagi, berjualan sarapan harus bangun sebelum jam 4 pagi dan terkadang dia keluar malam dengan temannya sehingga tidak bisa bangun pagi untuk membuka restoran, dan yang terjadi adalah 3 hari kerja, 2 hari tutup yang menyebabkan restoran tersebut tidak mempunyai pelanggan tetap, sehingga dia menyatakan ingin tutup.

Orangtua karena tidak rela biaya dekorasi hangus begitu saja, sehingga memutuskan pagi hari membantu sang anak jualan sarapan. Siang dan malam jualan mie, karena bekerja terlalu keras, menyebabkan ayahnya hampir mati kecapekan dan akhirnya dengan terpaksa merelakan restoran tersebut ditutup.

Seorang psikiater Amerika Wendy Mogel berkata :
"Orangtua hanya ingin anaknya lebih baik dari anak lain, namun tidak mengajarkannya untuk menjadi anak baik dan pada akhirnya anak dimanja hingga rusak. Terhadap masalah sendiri sangat perhitungan, namun terhadap perasaan orang lain sama sekali tidak mau tahu."

Setelah itu, tak berapa lama sang anak mengatakan bahwa dia ingin mencari suatu pekerjaan yang lebih bebas sehingga diputuskan bahwa bekerja sebagai supir Taxi juga lumayan dan mereka berdua pun menyiapkan sebuah mobil Taxi untuknya. Tetapi apa yang terjadi? Setelah setengah tahun berselang, yang ada hanyalah menghasilkan setumpuk surat tilang bahkan mobilpun habis.
Karena ketika menunggu giliran, anaknya belajar berjudi dengan supir senior, jika menang merasa tidak perlu mengoperasi taxi begitu juga jika kalah maka tidak ada niat untuk membawa taxi tersebut dan pada akhirnya mobil pun digadaikan.
"Dahulu kami menderita, sekarang ingin dia hidup lebih baik sehingga memberikan dia pendidikan tinggi dan juga membantu membuka jalan untuk kariernya, tetapi kenapa pada akhirnya dia bisa jadi begini?"

Seorang psikiater ChuenWei juga pernah berkata:
"Luka sang anak karena terlalu dimanjakan ataupun dituntut untuk sempurna serta penyiksaan batiniah dan tindak kekerasan; dampak negatif dari kedua hal ini sama besarnya."

Orang tua yang membanting tulang seharusnya berpikir dengan jernih, apa yang mesti dibantu, apa yang tidak pantas dibantu, kehidupan adalah milik dia sendiri, ketika dia berbuat salah, jika bisa tahan, sementara jadi penonton dulu, bukannya buru-buru mau membelanya, takutnya dalam kehidupannya akan tambah sifat keras kepala. Lewat terobosan yang dia lakukan, dia akan belajar "memberi" tidak lebih tidak menyenangkan dibanding "menerima". Hanya kehidupan yang dikejar sendiri, barulah milik kita sendiri. Tangan orangtua hanya tangan yang mengayun tempat tidur box bayi.

Kembali